Oleh Ratna Ayu
PSIKOLOGI DAN FUNGSINYA SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN
Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental manusia, baik sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya. Dalam Wikipedia dijelaskan bahwa karena kekompleksan dan kedinamisan manusia untuk dipahami maka psikologi baru tercipta sebagai ilmu pada akhir 1800-an yaitu sewaktu Wilhem Wundt mendirikan laboratorium psikologi pertama di dunia pada tahun 1879 di University of Leipzig, Jerman. Dengan berdirinya laboratorium ini, syarat psikologi untuk menjadi ilmu pengetahuan menjadi lengkap sehingga tahun berdirinya laboratorium Wundt diakui pula sebagai tahun berdirinya psikologi sebagai ilmu pengetahuan.
Psikologi merupakan suatu ilmu pengetahuan karena setidaknya memenuhi tiga syarat sebagai suatu disiplin ilmu, yaitu: (1) memiliki obyek studi, (2) memiliki sistematika, dan (3) memiliki metode.
Obyek studi psikologi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (a) obyek studi material yang berupa jiwa/ psikis manusia dan (b) obyek studi formal yang berupa fenomena gejala jiwa manusia. Jiwa bersifat abstrak, sulit dilihat wujudnya, meskipun tidak dapat dipungkiri keberadaannya sehingga psikologi tidak mempelajari jiwa secara langsung melainkan mempelajari ekspresi/ gejala jiwa yang berupa tingkah laku dan proses mental manusia.
Syarat kedua sebagai disiplin ilmu adalah memiliki sistematika. Secara teoritis, sistematika psikologi adalah dengan melihat psikologi sebagai pemikiran ilmiah mengenai ekspresi/ gejala jiwa. Gejala jiwa ini berupa tingkah laku dan proses mental manusia, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, baik yang disadari maupun yang tidak disadari.
Selanjutnya, syarat ketiga bagi suatu disiplin ilmu adalah memiliki metode. Berdasarkan etimologinya, istilah “metode” berasal dari bahasa Yunani Kuno meta yang berarti menyampaikan perkembangan dan hodos yang berarti jalan. Gabungan kedua kata ini menjadi kata methodos yang berarti pencarian pengetahuan (dalam Concise Oxford English Dictionary, 2001). Metode-metode yang digunakan dalam pengkajian psikologi didasarkan atas metode ilmiah/ eksperimental, metode introspeksi, dan sebagainya.
Pada dasarnya, tujuan penciptaan sebuah ilmu di mana-mana sama yaitu untuk mempelajari khazanah ilmu yang ada sambil mengujinya secara terus-menerus dalam realita kehidupan kemudian menemukan persoalan baru dan pemecahan teoritis baru. Dari sini akan diketahui pula fungsi ilmu yang telah tercipta tersebut. Sebagai contoh adalah psikologi. Menurut Wikipedia (2010), psikologi memiliki tiga fungsi sebagai ilmu, yaitu:
1. menjelaskan (explanation), artinya psikologi mampu menjelaskan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasil penjelasan berupa deskripsi atau bahasan yang bersifat deskriptif.
2. memprediksikan (prediction), artinya psikologi mampu meramalkan atau memprediksikan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasil prediksi berupa prognosa, prediksi, atau estimasi.
3. pengendalian (control), artinya psikologi mengendalikan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. Perwujudannya berupa tindakan yang sifatnya prevensi atau pencegahan, intervensi atau treatment, serta rehabilitasi atau perawatan.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai ilmu, psikologi dapat “meminta bantuan” kepada filsafat (philosophy) dan metode ilmiah yang berdasarkan ilmu pengetahuan (scientific method).
1. Filsafat. Menurut Wikipedia (2009), filsafat merupakan studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis. Sedangkan menurut Concise Oxford English Dictionary (2001), filsafat dapat diartikan sebagai studi mengenai hakikat dasar dari pengetahuan, realita, dan kehidupan. Filsafat dapat dilakukan dengan mengutarakan problem secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu, serta akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektik (bentuk dialog).
2. Scientific method. Scientific method merupakan suatu cara untuk: (a) mengumpulkan (collect), (b) memperkirakan/ menaksir (average), (c) menganalisa (analyzed), dan kemudian (d) menyimpulkan (concluds) data yang berupa psychopheno (secara bebas dapat diartikan sebagai gambaran atau ekspresi jiwa).
Untuk selanjutnya dalam tulisan ini penulis akan menggunakan istilah filsafat dan scientific method yang dirasa lebih tepat dalam merepresentasikan maksudnya.
PSIKOANALISIS
Psikoanalisis merupakan studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Menurut Wikipedia (2010), psikoanalisis memiliki tiga penerapan, yaitu (1) suatu metode penelitian mengenai pikiran, (2) suatu ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia, dan (3) suatu metode perlakuan terhadap penyakit psikologis atau emosional, sedangkan menurut http://www.freudfile.org, ketiga hal tersebut adalah: (1) suatu metode penyelidikan pikiran, terutama pikiran tidak sadar, (2) suatu terapi neurosis (penyakit saraf) yang diinspirasi berdasarkan metode penyelidikan pikiran, dan (3) suatu disiplin ilmu yang didasarkan pada pengetahuan yang diperoleh dengan menerapkan metode penyelidikan dan pengalaman-pengalaman klinis.
Landasan pemikiran dasar psikoanalisis adalah bahwa sebagian besar gejala-gejala psikologis merupakan akibat ketidaksadaran kita dalam menghindarkan diri dari kebenaran-kebenaran yang tidak menyenangkan mengenai diri kita. Perlakuan psikoanalisis dapat mengklarifikasi bagaimana pasien secara tidak sadar menjadi musuh yang paling jahat bagi dirinya sendiri: bagaimana reaksi tidak sadar yang bersifat simbolis dan telah distimulasi oleh pengalaman kemudian menyebabkan timbulnya gejala yang tidak dikehendaki. Menurut Freud, langkah-langkah psikoanalisis yaitu (1) pasien (orang yang dianalisis) mengungkapkan pemikiran secara verbal, termasuk asosiasi bebas, khayalan, dan mimpi, (2) penganalisis merumuskan konflik tidak sadar yang menyebabkan gejala yang dirasakan dan permasalahan karakter pada pasien, (3) penganalisis menginterpretasikan suatu rumusan untuk menghasilkan pemahaman diri untuk pemecahan masalah pasien.
Dalam sebuah video Youtube berjudul Differences between Psychiatry, Psychology and Psychoanalysis disebutkan bahwa psikologi sangat dipengaruhi oleh teori-teori psikoanalisis. Psikoanalisis merupakan suatu teori mengenai fungsi mental dan suatu tipe spesifik dari filsafat perawatan. Dengan kata lain, psikoanalisis mempunyai sumber-sumber di dalam filsafat dan struktur-struktur dari fungsi mental. Dengan demikian, terdapat hubungan antara psikologi, psikoanalisis, dan filsafat. Filsafat dengan menggunakan scientific method berfungsi untuk menjelaskan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku manusia terjadi, termasuk di dalamnya menjelaskan fungsi dan perilaku psikologis serta aktivitas mental manusia yang merupakan obyek studi dari psikoanalisis.
PSIKOTERAPI
Secara teoritis psikoterapi dimulai pada abad ke-19 oleh Sigmund Freud dengan adanya psikoanalisis sehingga psikoanalisis mungkin merupakan kelompok psikoterapi pertama. Berdasarkan etimologinya, kata "psikoterapi" berasal dari bahasa Yunani Kuno psyche yang berarti nafas, roh, atau jiwa dan therapeia atau therapeuein yang berarti merawat atau perawatan. Jadi, psikoterapi adalah perawatan jiwa. Menurut Wikipedia (2009), psikoterapi adalah serangkaian metode berdasarkan ilmu-ilmu psikologi yang digunakan untuk mengatasi gangguan kejiwaan atau mental seseorang. Psikoterapi merupakan perawatan terhadap pasien dengan cara: (1) memindahkan, memodifikasi, atau memperlambat gejala-gejala ada, (2) menengahi pola-pola perilaku yang terganggu, dan (3) mempertimbangkan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian yang positif (Lewis Wolberg, 1977).
Psikoterapi bertujuan untuk membantu menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan kejiwaan seseorang, di antaranya:
1. Membantu mengatasi stress, masalah-masalah perasaan (emotional problems), masalah-masalah hubungan (relationship problems), kebiasaan-kebiasaan yang menyusahkan (troublesome habits), serta masalah-masalah seperti mendengar suara-suara (hearing voices) (http://www.rcpsych.ac.uk).
2. Meningkatkan perasaan sejahtera, sehat, nyaman kepada masing-masing individu. Psikoterapis (ahli psikoterapi) menggunakan suatu teknik yang didasarkan pada hubungan, dialog/ tanya-jawab, komunikasi, dan perubahan perilaku, serta hal yang dirancang untuk meningkatkan kesehatan jiwa seorang klien atau pasien, atau untuk meningkatkan hubungan kelompok, misalnya dalam suatu keluarga (http://en.wikipedia.org).
Dalam batasan ini, psikoterapi yang dimaksud adalah psikoterapi umum (general psychotherapy). Dalam psikoterapi umum, komponen-komponen yang menjadi pokok bahasan antara lain: adjustment, personal, medical, witchcraft, moral, dan replacement.
1. Adjustment
Adjustment artinya penyesuaian, artinya psikoterapi bekerja menyesuaikan suatu kondisi kejiwaan seseorang untuk menghadapi suatu situasi baru dengan cara mengubah sedikit kondisi kejiwaan tersebut untuk tujuan mencapai suatu hasil diinginkan.
2. Personal
Personal adalah seorang pribadi/ perorangan yang terlibat dalam proses psikoterapi. Orang yang melakukan perawatan pada umumnya disebut psikoterapis atau terapis, sedangkan orang yang menerima perawatan disebut pasien atau klien.
3. Medical
Medical artinya sesuatu yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan atau praktek pengobatan. Psikoterapis menggunakan keterampilan mereka untuk membantu klien dalam memahami ilmu pengetahuan. Sebagai contoh, guru memberikan rumus praktis kepada siswa sebagai persiapan menghadapi ujian.
4. Witchcraft
Witchcraft secara harfiah artinya praktek sihir. Dalam psikoterapi, witchcraft sering diterapkan untuk tujuan memodifikasi suatu perilaku pokok, isi emosional, sikap-sikap, serta kondisi-kondisi terkait dengan upaya menekan penyakit dan pengembangan pribadi. Meskipun demikian, witchcraft dapat menimbulkan missing link, yaitu hilangnya suatu hubungan atau koneksi di antara hal-hal yang berhubungan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa witchcraft merupakan suatu komponen dalam psikoterapi yang menjadi solusi semu.
5. Moral
Moral berhubungan dengan prinsip-prinsip perilaku benar dan salah serta kebaikan atau keburukan dari karakter manusia. Psikoterapi mengatasi gangguan kejiwaan yang tercermin pada perilaku salah atau karakter yang menyimpang sehingga jiwa kembali sehat.
6. Replacement
Replacement artinya penggantian. Replacement diperlukan ketika kondisi kejiwaan seseorang sudah tidak dapat menyesuaikan dengan prinsip-prinsip tentang perilaku benar dan salah, yaitu ketika dalam kondisi yang tidak dapat ditoleransi lagi misalnya depresi berat.
PSIKOTERAPI PENDIDIKAN DAN FASILITAS PENDIDIKAN
Psikoterapi pendidikan (educational psychotherapy) mempunyai sejumlah komponen yang menjadi pokok bahasan, diantaranya: adjustment, personal, moral, dan replacement, yang semuanya ada dalam bahasan psikoterapi umum. Dalam psikoterapi pendidikan, dua komponen psikologi umum (medical dan witchcraft) tidak digunakan karena keduanya kurang efektif apabila diterapkan dalam bidang pendidikan.
Seorang psikoterapis yang bekerja dalam bidang pendidikan diharapkan dapat menciptakan suatu lingkungan yang kondusif untuk belajar dan membantu membangun keyakinan klien (siswa) di dalam proses alami mereka sendiri sehingga menghasilkan suatu pemahaman yang lebih di dalam diri mereka. Psikoterapi sebaiknya lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi pemahaman siswa ke dalam berbagai sumber kesulitan mereka. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa psikoterapi pendidikan berfungsi sebagai suatu bentuk fasilitas dalam bidang pendidikan (educational facilitation). Beberapa fasilitas pendidikan yang dimaksudkan adalah sebagai berikut.
1. Adjustment
Psikoterapi pendidikan diharapkan mampu mendorong siswa untuk mempelajari ketidakmampuan serta tantangan mengenai suatu cakupan luas yang dirancang untuk menengahi kembali permasalahan pelajaran.
2. Personal (modified)
Dalam psikoterapi pendidikan, guru dapat bertindak sebagai psikoterapis dan siswa sebagai klien. psikoterapis menciptakan dan menerapkan suatu rencana perawatan dengan menggunakan informasi dari berbagai sumber termasuk aspek sosial dan emosional siswa.
3. Moral
Psikoterapi pendidikan diharapkan dapat menguatkan pertahanan-pertahanan siswa serta menyediakan dorongan dan nasihat, tergantung pada kepribadian siswa.
4. Replacement (limited)
Psikoterapi pendidikan mempelajari permasalahan dan merangsang kesadaran siswa mengenai kekuatan-kekuatan yang mereka miliki sehingga mereka dapat menggunakan kekuatan-kekuatan tersebut untuk mengalahkan atau mengganti kerugian akibat kelemahan diri mereka sendiri. Contohnya adalah suatu kondisi ketika terjadi gempa yang menyebabkan siswa terganggu aktivitas pendidikannya akibat tergoncangnya jiwa mereka. Dalam kondisi seperti ini guru sebagai psikoterapis dapat bertindak sebagai orang tua untuk sementara.
Pendidikan dituntut agar dapat mengikuti perkembangan global. Untuk itu, fasilitas pendidikan hendaknya bersifat inovatif dan tidak tradisional sehingga dapat dikembangkan menjadi suatu paradigma baru dalam pendidikan.
PARADIGMA BARU DALAM PENDIDIKAN
Pendidikan dituntut memiliki paradigma baru yang menunjang proses belajar-mengajar. Paradigma baru dalam pendidikan meliputi komponen-komponen: guru, siswa, matematika sekolah, ideologi/ filsafat, sumber belajar, sosio/ antropologi, sistem/ politik.
1. Guru
Paradigma baru yang menunjang:
a. Guru bukan sekedar bertindak sebagai pengajar atau pemberi pengetahuan (transfer of knowledges), tetapi lebih dari itu, guru sebagai agen pembelajaran (learning agent) yang segenap ucapan, pemikiran, sikap, serta perilakunya diteladani oleh anak didik (transfer of ethics and values). Dengan demikian, guru wajib mengetahui kebutuhan pendidikan siswa/ anak didiknya dan kemudian mampu melayani kebutuhan mereka itu dengan sebaik-baiknya.
b. Guru melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan kualitas diri yang selanjutnya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, antara lain: (a) penelitian tindakan kelas (PTK), (b) mengikuti lesson study, (c) aktif membaca jurnal/ berkala ilmiah, (d) mengakses informasi perkembangan ilmu via internet atau media informasi lain, (e) menulis karya ilmiah, (f) mengisi kolegalitas dengan kegiatan akademik, (g) memahami aturan kebijakan pendidikan, (h) menuliskan pengalaman kinerja, (i) “srawung” ilmiah dan profesional, (j) menerapkan pengalaman baru (hasil mengikuti seminar) untuk membelajarkan siswa, (k) menggunakan potensi lingkungan sebagai laboratorium, (l) jujur dan menghilangkan formalitas serta ikut-ikutan, (m) memperbaiki rencana pembelajaran, (n) mencoba variasi proses belajar, dan (o) menghargai hasil belajar dari semua aspek.
2. Siswa
Paradigma baru yang menunjang:
Siswa bukan sekedar sebagai pembelajar pasif (passive learner) hanya bertindak sebagai penerima pelajaran yang diberikan oleh guru (receiver) melainkan sebagai pembelajar aktif (active learner). Paradigma mengenai siswa sebagai pembelajar aktif menekankan bahwa siswa aktif belajar dengan berpikir. Dalam pelajaran matematika misalnya. Shigeo Katagiri (2006) menunjukkan bahwa pola pikir matematika hanya akan berkembang jika terdapat aktivitas yang langsung berkaitan dengan isi dan metode aritmetika dan matematika. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pembelajaran matematika yang menanamkan ketajaman mathematical thinking. Mathematical thinking merupakan pola pikir yang menyertai proses-proses dan aktivitas matematis, baik dari matematika yang diajarkan di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari.
3. Matematika sekolah
Paradigma baru yang menunjang:
Untuk meningkatkan inovasi di dalam pendidikan matematika, para guru harus mengubah paradigma mereka dalam mengajar di sekolah. Ebbutt S. dan Straker A.A. (1995) mengusulkan matematika sekolah untuk digambarkan sebagai berikut.
a. Matematika sebagai suatu pencarian pola dan hubungan.
b. Matematika merupakan aktivitas yang kreatif, menyertakan imajinasi, intuisi, dan penemuan.
c. Matematika merupakan suatu cara memecahkan masalah.
d. Matematika merupakan suatu alat mengkomunikasikan informasi atau ide-ide.
4. Ideologi/ filsafat
Ideologi-ideologi pendidikan matematika meliputi sistem-sistem kepercayaan (liberal, konservatif, radikal, dan demokrasi) mengenai sejauh mana jalannya pendidikan matematika diterapkan. Perbedaan ideologi pendidikan matematika dapat memicu perbedaan-perbedaan mengenai bagaimana cara mengembangkan dan mengatur pengetahuan, pengajaran, pelajaran, dan pendidikan yang diterima di sekolah. Paul Ernest (2007) mengidentifikasi empat komponen ideologis yang berdampak pada pendidikan matematika, yaitu:
a. adanya konseptualisasi kembali mengenai pengetahuan dan dampak etos dari manajerialisme di dalam komodifikasi dan fetishisasi pengetahuan. Komodifikasi pengetahuan (commodification of knowledge) artinya suatu tindakan dimana pengetahuan diperlakukan hanya semata-mata sebagai komoditas. Fetishisasi pengetahuan (fetishization of knowledge) artinya suatu tindakan agar penegtahuan menjadi suatu komitmen yang berlebihan dan tidak logis.
b. adanya ideologi progresivisme dengan fetishisasi gagasan untuk kemajuannya.
c. adanya komponen individualisme sebagai akibat lebih lanjut dalam mempromosikan pemujaan individu atas biaya masyarakat, juga membantu mendukung ideologi konsumerisme.
d. mitos mengenai standar-standar universal di dalam penelitian pendidikan matematika, yang dapat menurunkan legitimasi/ pengesahan strategi penelitian sehingga etika atau tindakan masyarakat sebagai posisi paling penting lebih banyak dipertimbangkan daripada “penyelarasan sampai menjadi baik/ pantas” dalam istilah penelitian tradisional.
Paradigma baru yang menunjang:
Pembelajaran matematika bukan merupakan suatu aktivitas ceramah guru dan masing-masing siswa selalu mengerjakan tugas mereka sendiri dengan senyap tanpa suara, melainkan merupakan suatu aktivitas yang menghargai diskusi diantara para siswa.
5. Sumber belajar
Dalam kaitannya dengan suatu pemikiran bahwa belajar harus bervariasi, aktif, berkaitan secara sosial, dan mandiri, Paul Ernest (1991) mengusulkan suatu teori mengenai tiga komponen utama sumber belajar, yaitu:
a. ketetapan mengenai suatu sumber praktis yang luas untuk memudahkan pendekatan pengajaran yang aktif dan bervariasi.
b. ketetapan mengenai bahan autentik/ asli, seperti surat kabar, statistik pejabat, dan sebagainya untuk studi dan penyelidikan yang relevan dan berkaitan secara sosial.
c. fasilitas yang memungkinkan siswa untuk mengendalikan pengaturan diri sendiri dan mengakses sumber belajar.
Paradigma baru yang menunjang:
Sumber belajar tidak hanya sebatas pada catatan-catatan yang diberikan oleh guru, melainkan lebih dari itu, yaitu buku teks, internet atau blog, serta teknologi informasi dan komunikasi lainnya.
6. Sosio/ antropologi
Paradigma baru yang menunjang:
Tantangan pendidikan sekarang dan yang akan datang adalah bagaimana cara menginovasi pengajaran tradisional ke dalam pengajaran yang progresif-inovatif. Pengajaran tradisional ditandai dengan guru sebagai pusatnya (teacher-centered), guru yang menentukan metode yang digunakan, dominasi guru dalam inisiasi, pengajaran terkendali/ terkontrol (directed teaching). Pengajaran progresif ditandai dengan siswa sebagai pusat pengajarannya, yaitu siswa akan mengambil alih peran mereka di dalam belajar.
7. Sistem/ politik
Paradigma baru yang mendukung:
Pedagogik bukan hal yang harus berubah di dalam pendidikan, namun keseluruhan struktur pendidikan-lah yang memerlukan koreksi. Sistem pendidikan kita dirancang untuk bersaing dan memenangkan persaingan tersebut secara ekonomi dan politis, padahal saat ini muncul permasalahan berbeda yang memerlukan solusi yang berbeda pula. Bagaimana menanggulangi perubahan iklim, memberi makan populasi dunia, dan memelihara persediaan air bersih. Permasalahan menjadi sangat besar dalam rangka memperbaiki berbagai kondisi ini sehingga harus ditemukan cara kerja baru secara bersama-sama dibanding bersaing satu sama lain.
Dilema yang terjadi adalah jika kita mendidik siswa dengan cara tradisional maka mereka akan mempertahankan cara yang ada dalam melakukan berbagai hal. Suatu perubahan pada dasarnya dapat dilakukan dengan mengubah paradigma mengenai bagaimana kita berpikir tentang pembelajaran dan pendidikan serta posisi individu di dalam masyarakat. Pendidikan bukan lagi sekedar sebagai kewajiban melainkan kesadaran, dan bukan sekedar investasi melainkan sebagai suatu kebutuhan.
REFERENSI
Anonim. 2009. Psychoanalysis. http://www.freudfile.org. Diakses Selasa, 5 Januari 2010.
Anonim. Differences between Psychiatry, Psychology and Psychoanalysis. http://www.youtube.com.
Marsigit. 2009. The Nature of Teaching Learning Resources. http://powermathematics.blogspot.com. Diakses Senin, 2 November 2009.
______. 2009. The Nature of Teaching Learning Processes. http://powermathematics.blogspot.com. Diakses Senin, 2 November 2009.
______. 2009. The Nature of Mathematics and School Mathematics. http://powermathematics.blogspot.com. Diakses Senin, 2 November 2009.
______. 2009. Ideology of Mathematics Education: What are They Thinking? http://powermathematics.blogspot.com. Diakses Senin, 2 November 2009.
Oxford University. 2001. Concise Oxford English Dictionary (Tenth Edition) on CD-ROM 2001 Version 1.1. (based on Concise Oxford Dictionary 1999, software developed by Tony Smith). UK: Oxford University Press.
Wikipedia. 2010. Psikoanalisis. http://id.wikipedia.org. Diakses Selasa, 5 Januari 2010.
_____________. Psikologi. http://id.wikipedia.org. Diakses Selasa, 5 Januari 2010.
Wolberg, Lewis R. 1977. The Technique of Psychotherapy. New York: Grune & Stratton.
Royal College of Psychiatrists. 2009. Psychotherapies. http://www.rcpsych.ac.uk. Diakses Selasa, 5 Januari 2010.
0 komentar:
Posting Komentar