Pages

Sabtu, 26 Desember 2009

CATATAN KULIAH

Pada perkuliahan Psikologi Belajar Matematika yang disampaikan oleh Dr. Marsigit pada 16 November 2009, kami belajar bersama mengenai hakekat siswa belajar matematika dan hakekat matematika sekolah.

HAKEKAT SISWA BELAJAR MATEMATIKA

1. Motivasi (Motivation)

Istilah “motivasi” sama artinya dengan “apersepsi” dalam bidang pendidikan dan “kesiapan (readiness)” dalam bidang psikologi. Motivasi siswa dalam kegiatan belajar matematika dapat diawali dengan rasa senang yang diciptakan melalui kesan pertemuan pertama. Itulah mengapa ada iklan suatu produk yang menjadi terkenal karena slogannya, “kesan pertama begitu menggoda...”, yang ternyata ada benarnya. Agar pada pertemuan/ proses pembelajaran selanjutnya dapat dengan mudah terjalin komunikasi yang efektif maka langkah awal yang sebaiknya dilakukan adalah memberikan kesan yang mendalam pada pertemuan/ proses pembelajaran pertama. Persiapkan sebaik mungkin kemudian realisasikan seoptimal mungkin.

Motivasi ini juga dapat diciptakan dengan sikap guru yang bersedia menampung aspirasi siswa. Bagaimanapun siswa merupakan pihak yang semestinya terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga sudah menjadi keharusan bagi guru agar mampu melayani kebutuhan siswa-siswanya. Dengan kata lain, guru tidak sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya tetapi guru juga dituntut untuk memainkan peran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi anak didiknya secara optimal. Guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan anak didiknya dapat belajar secara optimal, misalnya dengan memberikan dukungan sehingga anak didik memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar.

Motivasi atau apersepsi merupakan persiapan yang dilakukan dalam upaya meminimalisir trauma. Tentu saja persiapan ini tidak dilakukan dengan seketika. Persiapan ini membutuhkan proses. Sebagai contoh, orang-orang di dunia Timur melakukannya dengan memulai persiapan dari luar diri mereka. Terkadang, mereka membutuhkan suatu slogan sebagai motivasi. Misalnya di Jawa terdapat filsafat mengenai perjalanan hidup manusia yang dimulai dari mijil, kemudian dilanjutkan dengan sinom, maskumambang, asmarandhana, dandang gula, gambuh, pangkur, megatruh, dan yang terakhir pucung.

Dalam dunia pendidikan, pemberian motivasi dapat tercermin dalam gambaran sederhana mengenai suatu proses pembelajaran berikut.

Pembelajaran 90 menit, terdiri dari:

10 menit pembuka (say hello, pengkondisian, berdoa)

30 menit materi I

10 menit istirahat (cerita, games, dan sebagainya)

30 menit materi II

10 menit penutup (pesan, berdoa)

Pembelajaran tersebut diawali dengan pembuka yang terdiri dari say hello guru kepada anak didiknya, pengkondisian, kemudian berdoa. Hal ini dimaksudkan agar anak didik lebih siap menerima dan mengikuti materi pelajaran.

2. Individu (unique)

Meminjam kalimat Dr. Marsigit bahwa “nilaimu adalah keunikanmu, keunikanmu adalah karena orang lain ada”. Hal ini menunjukkan bahwa setiap individu itu unik dan tidak ada orang yang persis sama di dunia ini. Oleh karena itu, guru harus dapat menyadari kenyataan ini dengan cara menghargai perbedaan di antara anak-anak didiknya. Menghargai perbedaan atau dengan kata lain menghargai keunikan setiap individu dapat dilakukan melalui proses identify, yaitu mengenal keunikan anak didik misalnya melalui LKS dan portofolio. Cara lain yang dapat dilakukan untuk memunculkan pemikiran bahwa “kamu (setiap individu) itu unik” adalah dengan memberikan kesempatan yang sama kepada masing-masing individu untuk mengeluarkan pemikirannya. Selain itu, guru juga diharapkan dapat menanamkan sikap saling menghargai setiap perbedaan di antara anak didiknya, misalnya dalam menghadapi perbedaan pendapat. Jika ada di antara mereka yang tidak setuju dengan suatu pendapat maka usahakan agar mereka tidak setuju hanya terhadap pendapat tersebut, bukan terhadap individu yang mengeluarkan pendapat. Dengan kata lain, “disagree with the opinion, not the person”.

Maka ijinkan saya menuliskan sebait kalimat berikut. Semoga dapat kita jadikan renungan bersama.

Kamu adalah sesuatu yang lain daripada yang lain

Tak ada seorang pun yang menyerupaimu dalam catatan sejarah kehidupan ini

Belum pernah ada seorang pun yang diciptakan sama dengan kamu,

dan tidak akan pernah ada orang yang serupa denganmu di kemudian hari

Karenanya, jangan memaksakan diri untuk berbuat latah

dan meniru-niru kepribadian orang lain

Tetaplah berpijak dan berjalan pada kondisi dan karaktermu sendiri

Hiduplah sebagaimana kamu diciptakan

Tuntunlah dirimu dengan wahyu Illahi,

tapi jangan melupakan kondisimu dan membunuh kemerdekaanmu sendiri

Kamu memiliki corak dan warna sendiri

Dan kami menginginkan kamu tetap seperti itu,

dengan corak dan warnamu sendiri

Sebab kamu diciptakan demikian adanya

Jangan sekali-kali mengingkari tanda-tanda kebesaran -Nya

(Diadaptasi dari “La Tahzan: Jangan Bersedih!” karya Dr. ‘Aidh al-Qarni)

3. Kerjasama (Cooperation)

Kerjasama menjadi sangat penting dalam proses pembelajaran. Kerjasama yang baik dan efektif dapat menentukan keberhasilan pembelajaran. Bentuk kerjasama ini berupa kerjasama antara sesama guru sebagai pendidik, kerjasama guru sebagai pendidik dengan anak didiknya, juga kerjasama di antara sesama peserta didik. Kemudian muncul pemikiran, di jaman sekarang ini masih bisakah kerjasama dipertahankan di tengah persaingan dan kompetisi yang semakin ketat? Hal itu kembali ke diri kita masing-masing dalam merefleksikan berbagai pemikiran, namun dalam kondisi apapun usahakan agar pikiran dan tindakan kita tetap terkontrol.

Dalam kondisi real, kerjasama tetap diperlukan bahkan menempati posisi yang penting dalam melakukan suatu usaha. Meskipun pada kenyataannya persaingan selalu menuntut adanya kompetisi namun usahakan agar kompetisi yang kita lakukan bukan bertujuan untuk mengalahkan, tapi untuk meningkatkan prestasi.

4. Kontekstual (Contextual)

Kontekstual berhubungan dengan konteks yang sifatnya terhubung dan dalam kondisi siap. Konteks dapat terjadi di dalam maupun di luar kelas. Jika lama tidak digunakan, maka seseorang dapat kehilangan konteks. Misalnya, jika seseorang yang terbiasa hidup di lingkungan yang modern dengan segala fasilitas dan kemudahan mengakses teknologi dan informasi, kemudian karena suatu hal dia tersesat di padang pasir yang luas dan sepi tanpa seorang pun yang dapat ditemuinya maka semakin lama dia hidup dia akan kehilangan konteksnya yang dulu. Dia jadi lupa bagaimana mengoperasikan komputer, misalnya, atau bahkan handphone sekalipun. Hal ini juga bisa dialami oleh seorang siswa dalam belajar. Jika dia mengulang secara teratur pelajaran yang telah dia dapatkan maka informasi tentang pelajaran tersebut akan masuk ke dalam memori jangka panjang yang artinya jika sewaktu-waktu dia mebutuhkannya akan dengan mudah mengingatnya. Sebaliknya, jika dia merasa tidak membutuhkan informasi maka dia cenderung akan lupa dan semakin lama konteks yang telah dia punyai mengenai informasi tersebut juga akan hilang.

HAKEKAT MATEMATIKA SEKOLAH

1. Pola (Pattern)/ Hubungan (Relationship)

Menurut Oxford Learner’s Pocket Dictionary, pola (pattern) berarti sesuatu yang terjadi atau yang telah dilakukan secara teratur, sedangkan hubungan (relationship) berarti sesuatu (cara) dimana dua orang, negara, dan sebagainya bertindak ke arah atau berhubungan satu sama lain. Jika di dalam proses pembelajaran matematika sekolah tidak terdapat pola atau hubungan maka seharusnya dipertanyakan. Pola dan hubungan penting peranannya dalam pembelajaran matematika yaitu untuk meningkatkan pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Semakin banyak pola atau hubungan yang terjadi maka semakin mudah pula suatu materi dapat dipelajari. Hal ini tergambar dalam matematika realistik berikut.

Matematika sekolah merupakan batas antara matematika vertikal dan matematika horisontal. Contoh real untuk menunjukkan sesuatu itu yang dinamakan kubus, dalam matematika vertikal benda yang diguanakan untuk merepresentasikannya disebut “model kubus”, dan selanjutnya ini dijadikan sebagai contoh. Namun, dalam matematika horisontal, benda tersebut dinamakan “kubus” karena digunakan sebagai bukti.

2. Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Masalah (problem) adalah sesuatu yang sulit untuk dimengerti. Demikian juga dalam belajar matematika, siswa berkesulitan belajar merupakan salah satu masalah. Untuk itu diperlukan cara untuk menyelesaikan masalah-masalah yang muncul dalam proses pembelajaran matematika di sekolah.

3. Investigasi (Investigation)

Dalam Oxford Learner’s Pocket Dictionary dijelaskan bahwa investigasi (investigation) adalah menguji fakta-fakta di sekitarnya dengan tujuan untuk menemukan kebenaran. Contoh investigasi dalam pembelajaran matematika misalnya membuktikan suatu teorema dengan definisi-definisi yang diketahui atau yang berhubungan. Contoh lainnya yaitu membuktikan suatu hipotesis menggunakan teknik analisis data yang sesuai.

4. Komunikasi (Communication)

Komunikasi menjadi sangat penting dalam suatu proses pembelajaran. Tanpa komunikasi yang terjalin dengan baik di antara komponen-komponen yang terlibat di dalamnya maka proses pembelajaran menjadi kurang atau bahkan tidak efektif. Tanpa komunikasi, kemungkinan yang akan terjadi antara lain adanya efek traumatis yang disebabkan oleh hilangnya konsep (miss concept), hilangnya pemahaman (miss understanding), dan hilangnya interpretasi (miss interpret).

0 komentar:

Posting Komentar