by Ratna Ayu
Hasta brata adalah filsafat Jawa tentang etika kepemimpinan yang meliputi delapan langkah, perilaku, atau sifat yang harus dimiliki, dipegang teguh, dan dilaksanakan oleh seorang pemimpin dalam mengemban misi kepemimpinannya. Kedelapan langkah ini didasarkan pada watak alam. Namun demikian, ada pula yang menyebutkan bahwa delapan langkah ini didasarkan pada watak para dewa yang masing-masing mewakili sifat benda-benda di alam (Matahari, Bulan, Bintang, Langit atau Mendung, Angin, Laut atau Air, Api, dan Bumi), sebagaimana dijelaskan berikut.
1. Batara Surya (Dewa Matahari): mewakili sifat Matahari (Surya/ Srengenge)
mempunyai tugas menerangi dunia, memberi perkembangan hidup dan kesehatan kepada semua makhluk yang terjadi di siang hari; wataknya pelan, tidak tergesa-gesa, sabar, belas kasih dan bijaksana.
Sifat dari Matahari adalah terang benderang memancarkan sinarnya tiada pernah berhenti, segalanya diterangi, diberinya sinar cahaya tanpa pandang bulu.
Sebagaimana Matahari, seorang pemimpin harus bisa memberikan pencerahan kepada rakyat, berhati-hati dalam bertindak seperti jalannya matahari yang tidak tergesa-gesa namun pasti dalam memberikan sinar cahayanya kepada semua makhluk tanpa pilih kasih.
2. Batari Ratih/ Chandra (Dewi Bulan): mewakili sifat Bulan (Candra/ Rembulan)
bertugas menerangi dunia ini bersama-sama dengan Batara Kartika, memberikan sinar kesejukan pada perasaan dan pandangan makhluk di bumi pada malam hari.
Sifat Bulan adalah selalu berbuat lembut, ramah dan sabar kepada siapa saja; sebagai planet pengiring matahari, bulan bersinar di kala gelap malam tiba, dan memberikan suasana tenteram dan teduh.
Sebagaimana Bulan, seorang pemimpin hendaknya selalu rendah hati, berbudi luhur serta menebarkan suasana tentram kepada rakyat.
3. Batara Kartika/ Ismaya (Dewa Bintang): mewakili sifat Bintang (Kartika/ Sudama/ Lintang)
nama lainnya adalah Sanghyang Ismaya, yang artinya adalah kesucian yang bersinar. Bertugas menerangi dunia ini bersama-sama dengan Batari Ratih, memberikan sinar harapan dan pencerahan kepada makhluk di bumi pada malam hari.
Sifat Bintang adalah menyinari, menghiasi langit di malam hari, menjadi kiblat dan sumber ilmu perbintangan.
Sebagaimana Bintang, seorang pemimpin harus bisa menjadi kiblat kesusilaan, budaya dan tingkah laku serta mempunyai konsep berpikir yang jelas. Bercita-cita tinggi mencapai kemajuan bangsa, teguh, tidak mudah terombang-ambing, bertanggung jawab dan dapat dipercaya.
4. Batara Indra (Dewa Langit): mewakili sifat Langit (Angkasa) atau Mendung (Mendhung)
ia menguasaiangkasa, hujan dan petir. Ia menyediakan apa yang diperlukan di dunia, memberikan kesejahteraan dan memberi hujan di bumi. Perwatakannya luhur, pengasih dan cinta kepada seni serta keindahan.
Sifat Langit kadang sangat indah, kadang menakutkan, tetapi kalau sudah berubah menjadi hujan merupakan berkah serta sumber penghidupan bagi semua makhluk hidup.
Sebagaimana Langit, seorang pemimpin harus berwibawa dan menakutkan bagi siapa saja yang berbuat salah dan melanggar peraturan. Namun di samping itu selalu berusaha juga untuk memberikan kesejahteraan.
5. Batara Bayu (Dewa Angin): mewakili sifat Angin (Maruta)
Ia bisa masuk ke mana saja ke seluruh penjuru dunia tanpa kesulitan. Segala perilaku baik atau jelek kasar atau rumit di dunia dapat diketahui olehnya tanpa yang bersangkutan mengetahuinya. Ia melihat keadaan sekaligus memberikan kesejahteraan yang dilaluinya. Perwatakannya gagah berani, kuat, teguh santosa, bersahaja, pendiam dan dahsyat.
Sifat Angin adalah, meskipun tidak tampak tetapi dapat dirasakan berhembus tanpa henti, merata ke seluruh penjuru dan tempat.
Sebagaimana Angin, seorang pemimpin seharusnya bersifat teguh dan bersahaja, selalu dapat mencermati setiap permasalahan dari bangsa yang terjadi, menyuarakan dengan lantang kepentingan rakyat sebagai bagian dari kekuatan berkebangsaan.
6. Batara Baruna (Dewa Laut/ Samudera): mewakili sifat Laut/ Samudera (Samodra) atau Air (Tirta/ Banyu)
di mana sifat Samudera bisa menampung seluruh air sungai dengan segala sesuatu yang ikut mengalir di dalamnya, namun samudera tidak tumpah, dapat menampung apa saja yang jelek ataupun baik, tetap sabar dan berwawasan sangat luas, seluas samudera.
Sifat Laut adalah Luas, tidak pernah menolak apapun yang datang memasukinya, menerima dan menjadi wadah apa saja.
Sebagaimana Lautan, seorang pemimpin hendaknya luas hati dan kesabarannya.
Tidak mudah tersinggung bila dikritik, tidak terlena oleh sanjungan dan mampu menampung segala aspirasi rakyat dari golongan maupun suku mana-pun serta bersifat pemaaf.
7. Batara Brama (Dewa Api): mewakili sifat Api (Dahana/ Geni/ Latu/ Agni)
sering diutus untuk memberikan pahala kepada orang yang berjasa dalam kehidupannya. Seorang panglima perang yang ulung yang laksana api dapat membasmi musuh dan segala kejahatan sekaligus bisa menjadi pelita bagi manusia yang sedang dalam kegelapan.
Sifat Api adalah panas membara, kalau disulut akan ber kobar membakar, menghangus kan dan memusnahkan apa saja tanpa pandang bulu, tetapi juga sangat diperlukan dalam kehidupan.
Sebagaimana Api, seorang pemimpin harus berani menindak siapapun yang bersalah tanpa pilih kasih dengan berpijak kepada kebenaran dan keadilan .
8. Batara Wisnu (Dewa Keabadian dan Kesejahteraan): mewakili sifat Bumi/ Tanah (Pratala/ Lemah/ Bhumi/ Bantala)
yang tugasnya adalah memelihara dan membangun peradaban di bumi ini, perlambang dari
Kebijaksanaan.
Sifat Bumi sendiri adalah sentosa, suci, pemurah, memberikan segala kebutuhan yang diperlukan makhluk yang hidup di atasnya. Menjadi tumpuan bagi hidup dan pertumbuhan benih dari seluruh makhluk hidup.
Sebagaimana Bumi, seorang pemimpin seharusnya bersifat sentosa, suci hati, pemurah serta selalu berusaha memperjuangkan kehidupan rakyat yang tergambar dalam tutur kata, tindakan serta tingkah laku sehari-hari.
Dalam filsafat kepemimpinan yang lain disebutkan bahwa seorang pemimpin harus yang:
1. bener (benar), artinya seorang pemimpin hendaknya adalah seorang yang benar, yaitu benar atau baik dalam setiap langkah dan tindakannya.
2. kober (meluangkan waktu), artinya seorang pemimpin hendaknya benar-benar mampu meluangkan waktu untuk memikirkan masa depan rakyatnya dan merealisasikannya sebaik mungkin.
3. pinter (pintar atau cerdas), artinya seorang pemimpin hendaknya adalah seorang yang pintar mengambil keputusan terbaik untuk rakyatnya, baik ketika kondisi suka maupun duka.
REFERENSI
Karso Mulyo. 2009. Penafsiran Penulis tentang Nama-Nama pada Tembang “Macapat”. http://pena-batang.blogspot.com.
Listy. 2006. Kepemimpinan Hasta Brata. http://www.freelists.org/post/nasional_list/ppiindia.
Sururudin. 2009. Filsafat Jawa untuk Indonesia. http://sururudin.wordpress.com.
Tomy Arjunanto. 2008. Hasta Brata_01, Tuntunan bagi Kepemimpinan Indonesia. http://tomyarjunanto.wordpress.com.
0 komentar:
Posting Komentar