Oleh Ratna Ayu
GAMBARAN UMUM GURU BERWIBAWA
Menurut Concise Oxford English Dictionary, wibawa (authority) dapat diartikan sebagai: (1) kekuatan atau hak untuk memberikan perintah dan menjalankan ketaatan, atau (2) kekuatan untuk mempengaruhi pihak lain berdasarkan pengetahuan atau keahlian yang dimilikinya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa wibawa adalah kekuatan untuk mempengaruhi pihak lain berdasarkan pengetahuan atau keahlian yang dimilikinya sehingga pihak lain tersebut menjalankan ketaatan terhadapnya.
Seorang guru dituntut untuk memiliki kewibawaan. Karena kewibawaan identik dengan menghormati/ mentakjubi/ menghargai/ mengagumi dan sebagainya. Guru yang berwibawa akan dapat mempengaruhi siswa/ anak didiknya khususnya dalam kegiatan pembelajaran sehingga dengan sendirinya akan tumbuh ketaatan pada diri siswa terhadapnya. Dengan demikian, kewibawaan bukanlah alat pendidikan yang negatif dan menekan kebebasan.
KRISIS KEWIBAWAAN GURU
Krisis kewibawaan guru menjadi suatu fenomena akhir-akhir ini. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya guru yang kurang berwawasan, kurang berkomitmen, kurang bertanggung jawab, serta kurang berkompeten dalam dunia pendidikan. Banyak realita di lapangan yang menunjukkan bahwa guru yang tidak berwibawa memiliki pengetahuan rendah tapi sok tahu, emosional (pemarah, mahal senyum), tidak sesuai antara ucapan dan perbuatan, tidak mampu menjelaskan secara rasional, kurang tegas atau kurang konsisten, kurang menghargai siswa, dan over acting.
Krisis kewibawaan guru ini juga didukung oleh sifat siswa pada saat ini yang menghendaki kebebasan, ingin serba cepat atau instan, lebih kritis dan rasional. Mereka lebih menghargai pengetahuan, teknologi, dan intelegensi.
Krisis kewibawaan ini akan berdampak besar terhadap segala komponen yang terlibat dalam pendidikan yang akhirnya akan berdampak pula pada mutu pendidikan nasional. Seorang guru yang mengalami krisis kewibawaan akan cenderung menggunakan kekuasaan untuk menutupi “ketidakwibawaannya” dan ketidakmampuannya dalam mendidik siswa. Guru tersebut juga akan terhambat dalam berinteraksi di lingkungan pendidikan: harapan yang terlalu tinggi untuk terlihat berwibawa dan dihormati namun tidak diiringi dengan usaha untuk meningkatkan kualitas diri. Akibatnya, segala cara dilakukan untuk mencari “kewibawaan”. Lebih lanjut, hilangnya kewibawaan guru akan menyebabkan siswa tidak menghormati dan mendengar saran-saran dari pendidiknya.
SYARAT MENJADI GURU BERWIBAWA
Menurut Oong Komar (2009):
1. Memiliki wawasan pendidikan yang luas
Seorang guru hendaknya mendidik siswa benar-benar berdasarkan keilmuan/ teori, baik dalam melakukan transfer ilmu dan pengetahuan maupun dalam membina kepribadian siswa.
2. Memiliki komitmen yang kuat
Seorang guru hendaknya memiliki pengabdian diri kepada jabatan guru dengan dilandasi oleh panggilan jiwa sehingga di dalam dirinya tumbuh kesabaran dan ketekunan untuk melaksanakan tugas, tulus menyayangi dan menerima siswa apapun keadaannya. Komitmen yang kuat seorang guru ini sangat penting artinya dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, akhlak mulia, serta iman dan taqwa.
3. Memiliki tanggung jawab
Seorang guru hendaknya mampu melaksanakan kewajiban tugas profesinya sebagai guru dalam membangun dasar-dasar dari corak kehidupan manusia di masa yang akan datang. Tanggung jawab guru tidak hanya mengajar namun juga mendidik. Mengajar berarti mentransformasi pengetahuan dan keterampilan kepada anak didik, sedangkan mendidik mempunyai arti lebih dari itu, yaitu mentransformasi nilai-nilai dalam rangka pembentukan pribadi anak didik. Dengan demikian, guru merupakan penjaga peradaban dan pelindung kemajuan.
4. Memiliki kompetensi
Seorang guru hendaknya juga memiliki kecakapan dalam melakukan suatu tugas. Kecakapan ini berupa kemampuan dan pengetahuan yang dapat membangkitkan rasa percaya diri dalam melakukan tugasnya dan selanjutnya akan mengundang keseganan dari anak didik. Kecakapan atau kompetensi ini meliputi penguasaan terhadap unsur-unsur: (a) pengenalan peserta didik secara mendalam, (b) penguasaan bidang studi baik disiplin ilmu (diciplinary content) maupun bahan ajar dalam kurikulum sekolah (pedagogical content), (c) penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, serta tindak lanjut untuk perbaikan dan pengayaan, dan (d) pengembangan kepribadian dan profesionalisme secara berkelanjutan.
PENTINGNYA KEWIBAWAAN BAGI SEORANG GURU
Guru bukan sekedar bertindak sebagai pengajar atau pemberi pengetahuan (transfer of knowledges), tetapi lebih dari itu, guru sebagai agen pembelajaran (learning agent) yang segenap ucapan, pemikiran, sikap, serta perilakunya diteladani oleh anak didik (transfer of ethics and values). Untuk mendukung tugasnya tersebut, guru dituntut untuk memiliki kewibawaan. Kewibawaan ini penting artinya bagi guru yang bersangkutan maupun hubungannya dengan proses pembelajaran.
Bagi guru yang bersangkutan, sikap wibawa dapat menjadi suatu refleksi diri. Guru tersebut akan menyadari kekurangan serta kelebihan diri dalam menjalankan tugas profesinya sebagai guru. Guru yang berwibawa akan selalu berusaha untuk mengetahui kebutuhan pendidikan anak didiknya dan kemudian mampu melayani kebutuhan mereka itu dengan sebaik-baiknya. Akhirnya, citra diri sebagai guru berwibawa pun terbias. Seorang guru yang santun terhadap ruang dan waktu.
Ketika seorang guru mampu menunjukkan bahwa dirinya memiliki wawasan pendidikan yang luas, komitmen yang kuat, tanggung jawab, dan kompetensi maka dengan sendirinya akan mampu mempengaruhi anak didik khususnya dalam kegiatan pembelajaran sehingga dengan sendirinya akan tumbuh ketaatan pada diri siswa terhadapnya. Ketaatan ini tentu saja akan tumbuh melalui kesadaran yang akhirnya berdampak pada semakin efektifnya proses pembelajaran yang bukan hanya transfer of knowledges, melainkan juga transfer of ethics and values.
Kesimpulannya, seorang guru memang harus berwibawa, karena anak didik memang masih memerlukan panutan.
REFERENSI
Agus Wibowo. 2009. “Menjadi Guru Berwibawa”. Kedaulatan Rakyat. (11 Desember 2009). Hlm. 15.
Budi Elyas. 2009. Wibawa guru di era kesemrawutan global. http://budielyas.blogspot.com. Diakses Jum’at, 29 Januari 2010.
Oxford University. 2001. Concise Oxford English Dictionary (Tenth Edition) on CD-ROM 2001 Version 1.1. (based on Concise Oxford Dictionary 1999, software developed by Tony Smith). UK: Oxford University Press.
2 komentar:
Sip....
Sayangnya guru zaman sekarang cuma SAMPAH...!!!
Posting Komentar