Pages

Jumat, 30 April 2010

HASTA BRATA: FILSAFAT JAWA TENTANG KEPEMIMPINAN (Bagian II)

by Ratna Ayu

Hasta brata adalah filsafat Jawa tentang etika kepemimpinan yang meliputi delapan langkah, perilaku, atau sifat yang harus dimiliki, dipegang teguh, dan dilaksanakan oleh seorang pemimpin dalam mengemban misi kepemimpinannya. Kedelapan langkah ini didasarkan pada watak alam. Namun demikian, ada pula yang menyebutkan bahwa delapan langkah ini didasarkan pada watak para dewa yang masing-masing mewakili sifat benda-benda di alam (Matahari, Bulan, Bintang, Langit atau Mendung, Angin, Laut atau Air, Api, dan Bumi), sebagaimana dijelaskan berikut.

1. Batara Surya (Dewa Matahari): mewakili sifat Matahari (Surya/ Srengenge)

mempunyai tugas menerangi dunia, memberi perkembangan hidup dan kesehatan kepada semua makhluk yang terjadi di siang hari; wataknya pelan, tidak tergesa-gesa, sabar, belas kasih dan bijaksana. Sifat dari Matahari adalah terang benderang memancarkan sinarnya tiada pernah berhenti, segalanya diterangi, diberinya sinar cahaya tanpa pandang bulu.

Sebagaimana Matahari, seorang pemimpin harus bisa memberikan pencerahan kepada rakyat, berhati-hati dalam bertindak seperti jalannya matahari yang tidak tergesa-gesa namun pasti dalam memberikan sinar cahayanya kepada semua makhluk tanpa pilih kasih.

2. Batari Ratih/ Chandra (Dewi Bulan): mewakili sifat Bulan (Candra/ Rembulan)

bertugas menerangi dunia ini bersama-sama dengan Batara Kartika, memberikan sinar kesejukan pada perasaan dan pandangan makhluk di bumi pada malam hari. Sifat Bulan adalah selalu berbuat lembut, ramah dan sabar kepada siapa saja; sebagai planet pengiring matahari, bulan bersinar di kala gelap malam tiba, dan memberikan suasana tenteram dan teduh. Sebagaimana Bulan, seorang pemimpin hendaknya selalu rendah hati, berbudi luhur serta menebarkan suasana tentram kepada rakyat.

3. Batara Kartika/ Ismaya (Dewa Bintang): mewakili sifat Bintang (Kartika/ Sudama/ Lintang)

nama lainnya adalah Sanghyang Ismaya, yang artinya adalah kesucian yang bersinar. Bertugas menerangi dunia ini bersama-sama dengan Batari Ratih, memberikan sinar harapan dan pencerahan kepada makhluk di bumi pada malam hari.

Sifat Bintang adalah menyinari, menghiasi langit di malam hari, menjadi kiblat dan sumber ilmu perbintangan. Sebagaimana Bintang, seorang pemimpin harus bisa menjadi kiblat kesusilaan, budaya dan tingkah laku serta mempunyai konsep berpikir yang jelas. Bercita-cita tinggi mencapai kemajuan bangsa, teguh, tidak mudah terombang-ambing, bertanggung jawab dan dapat dipercaya.

4. Batara Indra (Dewa Langit): mewakili sifat Langit (Angkasa) atau Mendung (Mendhung)

ia menguasaiangkasa, hujan dan petir. Ia menyediakan apa yang diperlukan di dunia, memberikan kesejahteraan dan memberi hujan di bumi. Perwatakannya luhur, pengasih dan cinta kepada seni serta keindahan.

Sifat Langit kadang sangat indah, kadang menakutkan, tetapi kalau sudah berubah menjadi hujan merupakan berkah serta sumber penghidupan bagi semua makhluk hidup.

Sebagaimana Langit, seorang pemimpin harus berwibawa dan menakutkan bagi siapa saja yang berbuat salah dan melanggar peraturan. Namun di samping itu selalu berusaha juga untuk memberikan kesejahteraan.

5. Batara Bayu (Dewa Angin): mewakili sifat Angin (Maruta)

Ia bisa masuk ke mana saja ke seluruh penjuru dunia tanpa kesulitan. Segala perilaku baik atau jelek kasar atau rumit di dunia dapat diketahui olehnya tanpa yang bersangkutan mengetahuinya. Ia melihat keadaan sekaligus memberikan kesejahteraan yang dilaluinya. Perwatakannya gagah berani, kuat, teguh santosa, bersahaja, pendiam dan dahsyat.

Sifat Angin adalah, meskipun tidak tampak tetapi dapat dirasakan berhembus tanpa henti, merata ke seluruh penjuru dan tempat.

Sebagaimana Angin, seorang pemimpin seharusnya bersifat teguh dan bersahaja, selalu dapat mencermati setiap permasalahan dari bangsa yang terjadi, menyuarakan dengan lantang kepentingan rakyat sebagai bagian dari kekuatan berkebangsaan.

6. Batara Baruna (Dewa Laut/ Samudera): mewakili sifat Laut/ Samudera (Samodra) atau Air (Tirta/ Banyu)

di mana sifat Samudera bisa menampung seluruh air sungai dengan segala sesuatu yang ikut mengalir di dalamnya, namun samudera tidak tumpah, dapat menampung apa saja yang jelek ataupun baik, tetap sabar dan berwawasan sangat luas, seluas samudera. Sifat Laut adalah Luas, tidak pernah menolak apapun yang datang memasukinya, menerima dan menjadi wadah apa saja.

Sebagaimana Lautan, seorang pemimpin hendaknya luas hati dan kesabarannya.

Tidak mudah tersinggung bila dikritik, tidak terlena oleh sanjungan dan mampu menampung segala aspirasi rakyat dari golongan maupun suku mana-pun serta bersifat pemaaf.

7. Batara Brama (Dewa Api): mewakili sifat Api (Dahana/ Geni/ Latu/ Agni)

sering diutus untuk memberikan pahala kepada orang yang berjasa dalam kehidupannya. Seorang panglima perang yang ulung yang laksana api dapat membasmi musuh dan segala kejahatan sekaligus bisa menjadi pelita bagi manusia yang sedang dalam kegelapan. Sifat Api adalah panas membara, kalau disulut akan ber kobar membakar, menghangus kan dan memusnahkan apa saja tanpa pandang bulu, tetapi juga sangat diperlukan dalam kehidupan. Sebagaimana Api, seorang pemimpin harus berani menindak siapapun yang bersalah tanpa pilih kasih dengan berpijak kepada kebenaran dan keadilan .

8. Batara Wisnu (Dewa Keabadian dan Kesejahteraan): mewakili sifat Bumi/ Tanah (Pratala/ Lemah/ Bhumi/ Bantala)

yang tugasnya adalah memelihara dan membangun peradaban di bumi ini, perlambang dari Kebijaksanaan. Sifat Bumi sendiri adalah sentosa, suci, pemurah, memberikan segala kebutuhan yang diperlukan makhluk yang hidup di atasnya. Menjadi tumpuan bagi hidup dan pertumbuhan benih dari seluruh makhluk hidup.

Sebagaimana Bumi, seorang pemimpin seharusnya bersifat sentosa, suci hati, pemurah serta selalu berusaha memperjuangkan kehidupan rakyat yang tergambar dalam tutur kata, tindakan serta tingkah laku sehari-hari.

Dalam filsafat kepemimpinan yang lain disebutkan bahwa seorang pemimpin harus yang:

1. bener (benar), artinya seorang pemimpin hendaknya adalah seorang yang benar, yaitu benar atau baik dalam setiap langkah dan tindakannya.

2. kober (meluangkan waktu), artinya seorang pemimpin hendaknya benar-benar mampu meluangkan waktu untuk memikirkan masa depan rakyatnya dan merealisasikannya sebaik mungkin.

3. pinter (pintar atau cerdas), artinya seorang pemimpin hendaknya adalah seorang yang pintar mengambil keputusan terbaik untuk rakyatnya, baik ketika kondisi suka maupun duka.

REFERENSI

Karso Mulyo. 2009. Penafsiran Penulis tentang Nama-Nama pada Tembang “Macapat”. http://pena-batang.blogspot.com.

Listy. 2006. Kepemimpinan Hasta Brata. http://www.freelists.org/post/nasional_list/ppiindia.

Sururudin. 2009. Filsafat Jawa untuk Indonesia. http://sururudin.wordpress.com.

Tomy Arjunanto. 2008. Hasta Brata_01, Tuntunan bagi Kepemimpinan Indonesia. http://tomyarjunanto.wordpress.com.

Sabtu, 13 Februari 2010

HASTA BRATA: FILSAFAT JAWA TENTANG KEPEMIMPINAN (Bagian I)

Oleh Ratna Ayu

ETIMOLOGI DAN TERMINOLOGI

Dalam budaya Jawa, filsafat kepemimpinan tercermin di dalam suatu teori etika kepemimpinan yang dinamakan Hasta Brata. Secara etimologis, “hasta” berarti delapan dan “brata” berarti langkah, perilaku, atau sifat berdasarkan watak alam (ada yang mengatakan juga berdasarkan watak dewa). Secara terminologis, Hasta Brata berarti delapan langkah, perilaku, atau sifat yang harus dimiliki, dipegang teguh, dan dilaksanakan oleh seorang pemimpin dalam mengemban misi kepemimpinannya.

ASAL TERMINOLOGI DAN AJARAN

Berikut beberapa referensi yang menyebutkan sumber asal terminologi dan ajaran “Hasta Brata”:

1. Istilah “Hasta Brata” diambil dari buku Ramayana karya Yasadipura I (1729-1803 M) dari keraton Surakarta (http://chiell.wordpress.com dari “Etika Kepemimpinan dalam Masyarakat Jawa” majalah Rindang edisi Pebruari 2008).

2. Ajaran Hasta Brata termuat dalam Serat Aji Pamasa (Pedhalangan) karya Raden Ngabehi Rangga Warsita. Ajaran Hasta Brata dalam pedhalangan terdapat dalam lakon Wahyu Makutharama, diajarkan oleh Begawan Kesawasidi (Prabu Kresna) kepada Raden Arjuna (http://susub.blogspot.com).

3. Sifat dasar ajaran Hasta Brata selalu digunakan oleh Prabu Rama Wijaya (Sri Rama), raja Pancawati (Ayodya Pala) (http://www.freelists.org/post/nasional_list/ppiindia dari Bab IX “Kepemimpinan Hasta Brata” buku “Mengungkap dan Mengenal Budaya Jawa” karya Thomas Wiyasa Bratawijaya).

DELAPAN SIFAT DASAR KEPEMIMPINAN

Berdasarkan ajaran Hasta Brata, langkah-langkah yang harus dimiliki, dipegang teguh, dan dilaksanakan oleh seorang pemimpin meliputi delapan hal yang didasarkan pada delapan watak dari benda-benda di alam yakni Matahari, Bulan, Bintang, Langit atau Mendung/ Awan Hujan, Angin, Laut atau Air, Api, dan Bumi.

1. Matahari (Surya/ Srengenge)

a. Watak : Matahari bersifat panas, penuh energi, pemberi cahaya, dan pemberi daya hidup kepada tetumbuhan, hewan, manusia, serta semua makhluk hidup di dunia. Matahari selalu memancarkan sinar terang di kala siang, kehangatan, serta energi yang merata di seluruh pelosok bumi. Energi dari cahaya matahari juga merupakan sumber energi dari seluruh kehidupan di muka bumi.

b. Makna : Seorang pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat: sareh sabar ing karsa (berpikir dengan tenang dan sabar dalam mencapai sasaran dan tujuan), rereh ririh ing pangarah (sabar dalam membimbing dan mengarahkan orang-orang yang dipimpinnya), lakune ngarah-arah (perilakunya terarah). Seorang pemimpin hendaknya juga mampu: (1) menumbuhkembangkan daya hidup rakyatnya untuk membangun bangsa dan negaranya, (2) membangkitkan motivasi, semangat, kehidupan, kekuatan, kemanfaatan pengetahuan bagi orang-orang yang dipimpinnya, (3) memberi bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan.

2. Bulan (Candra/ Rembulan)

a. Watak : Bulan mempunyai bentuk bulat indah dan menarik hati. Bulan menerangi di dalam kegelapan malam dengan cahaya yang sejuk dan tidak menyilaukan.

b. Makna : Seorang pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat: sareh sumeh ing netya (tenang, murah senyum, berwajah ceria), alusing budi jatmika (halus budi pekertinya), prabawa sreping bawana (berwibawa). Seorang pemimpin hendaknya juga mampu: (1) menyenangkan dan memberi terang dalam kegelapan bagi mereka yang membutuhkan, (2) memberi kesempatan di kala gelap, (3) memberi kehangatan di kala susah, (4) memberi solusi saat ada masalah, dan (5) menjadi penengah di tengah konflik. Intinya, seorang pemimpin hendaknya mampu memberi semangat kepada rakyatnya di tengah suasana suka ataupun duka.

3. Bintang (Kartika/ Sudama/ Lintang)

a. Watak : Bintang mempunyai bentuk yang indah dan memancarkan sinar kemilauan serta menjadi hiasan di waktu malam yang sunyi. Bintang berada di tempat yang tinggi sehingga dapat dijadikan kompas atau pedoman arah bagi mereka yang kehilangan arah.

b. Makna : Seorang pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat: lana susila santosa (teladan untuk berbuat baik), pengkuh lan kengguh andriya (berpendirian teguh), setya tuhu ing wacana (setia terhadap janji), sabda pandhita ratu tan kena wola wali (ucapan seorang pemimpin tidak boleh berubah-ubah atau ‘mencla-mencle’). Seorang pemimpin hendaknya juga mampu: (1) menjadi teladan bagi rakyatnya untuk berbuat kebaikan, (2) menjadi teladan, panutan, dan pedoman arah dalam melangkah bagi mereka yang membutuhkan, (3) memberi petunjuk, pengarahan, dan bimbingan bagi orang yang dipimpinnya agar mampu menyelesaikan tugas dengan baik. Bintang merupakan lambang ingat dan mengabdi kepada Tuhan sehingga seorang pemimpin harus bertaqwa kepada Tuhan.

4. Langit (Angkasa) atau Mendung/ Awan Hujan (Mendhung)

a. Watak : Langit luas tak terbatas sehingga mampu menampung apa saja yang datang kepadanya. Mendung bersifat menakutkan dan berwibawa namun setelah berubah menjadi air hujan bersifat menyegarkan bagi semua makhluk hidup di bumi.

b. Makna : Seorang pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat: bener sajroning paring ganjaran (benar/ tepat dalam memberikan hadiah), jejeg lan adil paring paukuman (tegak dan adil dalam memberikan hukuman), mempunyai ketulusan batin. Seorang pemimpin juga hendaknya mampu: (1) menjaga kewibawaan dengan bersikap jujur, terbuka, dan dalam tindakannya dapat memberikan manfaat kepada orang-orang yang dipimpinnya, (2) mengendalikan diri dalam menampung segala macam aspirasi rakyatnya.

5. Angin (Maruta)

a. Watak : Udara ada di mana saja dan angin ringan bergerak ke mana saja. Angin dapat mengisi setiap ruangan yang kosong walaupun tempat rumit sekalipun (tanpa membedakan tempat).

b. Makna : Seorang pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat: teliti setiti ngati-ati (teliti, cermat, berhati-hati), dhemen amariksa tumindake punggawa kanthi cara alus (suka memeriksa tindakan bawahan dengan cara yang halus), lakune titi kang paniti priksa patrape hangrawuhi sakabehing kahanan (perilakunya cermat dalam memeriksa setiap kondisi, baik maupun buruk). Seorang pemimpin hendaknya juga mampu: (1) bergerak mengawasi orang yang dipimpinnya dengan tak pernah lelah, (2) memastikan baik-baik saja dan tidak hanya mengandalkan laporan yang bisa saja direkayasa, (3) melakukan tindakan yang teliti, cermat, dan tidak segan-segan terjun langsung ke lapangan untuk menyelami kehidupan masyarakat bawah, (4) selalu dekat dengan rakyat tanpa membedakan derajat dan martabatnya, (5) membawa suasana menyenangkan.

6. Laut/ Samudera (Samodra) atau Air (Tirta/ Banyu)

a. Watak : Sifat dasar air adalah menyucikan dan bersifat sejuk menyegarkan. Selain itu, air mengalir sampai jauh dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah dan betapapun luasnya, permukaannya selalu datar meskipun wadahnya berbeda-beda. Samudera mempunyai sifat luas, rata, berbobot, menjadi muara dari banyak aliran sungai, dan dapat menampung apa saja yang masuk ke dalamnya.

b. Makna : Seorang pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat: tansah paring pangapura (selalu memberi maaf), adil paramarta (adil dan sama rata), basa angenaki krama tumraping kawula (bersikap santun terhadap orang-orang yang dipimpinnya). Seorang pemimpin hendaknya juga mempu: (1) mempunyai pandangan yang luas, rata, dan sanggup menerima persoalan apapun, serta bersifat lapang dada (tidak boleh membenci terhadap sesama), (2) menyikapi keanekaragaman orang-orang yang dipimpinnya sebagai hal yang wajar dan menanggapi dengan kacamata dan hati yang bersih, (3) berprinsip keadilan dan sama rata, kesamaan derajat dan kedudukan, (4) membersihkan diri dan lingkungannya dari hal yang kotor dan mengotori, (5) mempunyai kasih sayang terhadap rakyatnya.

7. Api (Dahana/ Geni/ Latu/ Agni)

a. Watak : Api mempunyai sifat tegas dan sanggup membakar semua yang bersentuhan dengannya. dan sanggup membakar apa saja yang bersentuhan dengannya.

b. Makna : Seorang pemimpin hendaknya mempunyai sifat-sifat: lire pakartine bisa ambrastha sagung dur angkara, nora mawas sanak kadang pawong mitra, anane muhung anjejegaken trusing kukuming nagara (pekerjaannya memberantas kejahatan, tidak membeda-bedakan saudara atau kawan, yang ada hanya demi menegakkan hukum negara). Seorang pemimpin hendaknya juga mampu: (1) menjaga kewibawaan, adil, dan berani menegakkan kebenaran secara tegas tanpa pandang bulu, (2) jika terdapat resiko yang mungkin bisa merusak organisasi/ negara, maka kemampuan untuk merusak dan menghancurkan resiko tersebut sangat membantu untuk kelangsungan organisasi/ negara, (3) mempunyai prinsip yang konsisten, dapat menahan emosi, dan mampu mengendalikan diri.

8. Bumi/ Tanah (Pratala/ Lemah/ Bhumi/ Bantala)

a. Watak : Bumi bersifat: (1) ajeg, tegas, konstan, konsisten, dan apa adanya, (2) kuat dan murah hati, selalu memberi hasil kepada yang orang merawatnya, (3) sabar, meskipun disakiti, dicangkul, diberi pestisida namun tidak pernah mengeluh, malah memberikan kebaikan berupa tetumbuhan, (4) menawarkan kesejahteraan bagi seluruh mahkluk hidup yang ada di atasnya dengan tidak pandang bulu, tidak pilih kasih, dan tidak membeda-bedakan.

b. Makna : Seorang pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat: werdine ila legawa ing driya (rela, ikhlas dalam bekerja), tansah adedana lan karem paring bebungah marang kawula (senantiasa berkarya dan senang memberi kebahagiaan terhadap orang-orang yang dipimpinnya), (3) jujur dan sentosa budinya. Seorang pemimpin hendaknya juga mampu: (1) memberi anugerah kepada siapa saja yang telah berjasa terhadap tanah air dan bangsa, (2) bermurah hati (melayani) kepada rakyatnya agar tidak mengecewakan kepercayaan rakyatnya.

Menurut Sugeng Subagya (2009), setiap pemimpin yang tidak mampu melaksanakan Hasta Brata bagai raja tanpa mahkota. Tetapi sebaliknya, rakyat jelata yang dalam hidupnya mampu melaksanakan Hasta Brata, berarti ia adalah rakyat jelata yang bermahkota, ialah manusia yang luhur budi pekertinya. Namun demikian, ada juga pendapat yang mengatakan bahwa Hasta Brata merupakan gambaran seorang manusia paripurna, begitu sulitnya dikuasai atau dijalani maka akhirnya delapan parameter ini dijadikan ukuran seorang pemimpin ideal.

REFERENSI

Ama’. 2008. Filsafat Jawa, Kejawen, dan Islam. http://al-qohwa.blogspot.com.

Chiell. 2008. Hasta Brata, Filosofi Kepemimpinan Jawa. http://chiell.wordpress.com.

Listy. 2006. Kepemimpinan Hasta Brata. http://www.freelists.org/post/nasional_list/ppiindia

Sugeng Subagya. 2009. Ajaran Hasta Brata dalam Serat Aji Pamasa beserta Maknanya. http://susub.blogspot.com.